Yayasan Assalafi and your four's
Senin, 14 Oktober 2019
Proposisi dan Kontradiksi
Proposisi dan Kontradiksi merupakan bagian dari Logika
Senin, 27 Januari 2014
Baidu siap tantang Google dengan menguji mesin pencarinya di berbagai negara
Baidu,
(NASDAQ:BIDU), mesin pencari top di China, secara diam-diam meluncurkan situs
mesin pencarinya di Thailand (Baidu.co.th), Brazil (Baidu.net.br),
dan Mesir (Baidu.com.eg)
akhir pekan lalu untuk tujuan uji coba internal. Situs tersebut dilokalisasi
menggunakan bahasa masing-masing negara dan menyediakan pilihan pencarian
gambar, video, dan lainnya. Sayangnya, ketiga situs tersebut baru saja ditarik
(dan sudah tidak bisa diakses). Tapi kami sempat mengunjungi situs tersebut dan
mengambil beberapa screenshot.
Meskipun ini adalah pertama kalinya Baidu membawa mesin pencarinya ke
beberapa pasar baru di luar China1, ini bukan pertama kalinya perusahaan
ini masuk ke negara tersebut. Baidu memang sudah fokus pada pasar Thailand,
Brazil, dan Mesir sejak dua tahun yang lalu, dan secara perlahan meluncurkan
produk software-nya seperti aplikasi antivirus PC, browser mobile untuk
handphone Android, portal listing Hao123 yang mirip dengan AOL, dan juga forum
Postbar.
Sebagus apakah mesin pencari Baidu?
Anda pasti bertanya-tanya, sebagus apakah mesin pencari Baidu ini
dibandingkan dengan Google? Untuk itu, mari kita lihat situs mesin pencari ini
dalam versi Thailand-nya.
Halaman depan situs ini menyediakan pilihan pencarian web dan video, serta
Baidu Translate dan Postbar. Di bawahnya tersedia link menuju situs populer
global maupun lokal seperti Facebook dan Sanook (portal web terbesar Thailand).
Link tersebut tentunya berbeda untuk tiap negara:
Baidu dulunya menggunakan Google untuk membantu pencariannya di Thailand,
Mesin, dan Brazil di situs Hao123-nya. Tapi halaman depan Baidu tidak
menunjukkan hal tersebut sama sekali. Berikut adalah salah satu hasil
pencariannya, baik web maupun video:
Klik untuk memperbesar
Situs Thailand ini juga punya pencarian gambar yang terhubung dengan
Google, pencarian MP3 yang terhubung dengan 4Shared, pencarian Wikipedia
Thailand, dan pencarian Google Map. Baidu jelas mengisi kekurangannya dengan
sangat baik.
Akankah mesin pencari
ini masuk ke Indonesia?
Peluncuran mesin pencari ini sebenarnya tidak mengejutkan. Dan
negara-negara lain juga pasti akan segera kedatangan mesin pencari dari China
ini. Musim panas tahun 2012 lalu, Baidu membuka sebuah lab di Singapura. Lab tersebut
berfokus pada teknologi pemroses bahasa yang natural untuk Asia Tenggara.
Baidu sudah membuka kantor di Thailand, Vietnam, Mesir, Indonesia, dan
Brazil untuk mengelola produk mereka di masing-masing negara. Jadi, perusahaan
ini sekarang lebih percaya diri untuk mengelola dan mengembangkan layanannya —
seperti Hao123 dan aplikasi PC dan Android — di bawah nama perusahaan mereka
sendiri, Baidu.
Baidu sendiri berencana merilis delapan produknya di Indonesia.
Beberapa dari produk tersebut bahkan terbilang sukses. Baidu PC Faster sudah di-download lebih dari tiga juta orang,
sedangkan Baidu Browser untuk Android sudah memiliki dua juta pengguna. Dengan
kesuksesan tersebut dan juga lab di Singapura yang kami sebutkan di atas, bukan
tidak mungkin Baidu akan meluncurkan mesin pencarinya di Indonesia nanti.
Wah, Pemuda Rusia Jalani Hidup Dengan Gaya Abad Pertengahan
Setiap orang memiliki gaya hidup yang berbeda, namun bagi pemuda
asal Rusia ini memiliki gaya hidup yang berbeda dengan teman seumurannya. Pria
bernama Pavel Sapozhnikov tersebut menjalani kehidupan bergaya abad
pertengahan, bahkan ia hidup seorang diri ditengah hutan.
Dilansir
dari Metro, Pavel menjalani kehidupa ala leluhurnya pada tahun 1100 sebagai
sebuah percobaab, proyek ini di mulai sejak September 2013 dan seharusnya akan
berakhir pada Mei 2014 mendatang.
Sementara itu, dalam eksperimen itu Pavel menjalani aktivitas
sehari-hari tanpa teknologi modern dan tidak menggunakan listrik. Ia juga
sangat sedikit melakukan kontak dengan manusia lainnya. Percobaan ini bertujuan
untuk menganalisa pengaruh psikologi dan sejarah dalam mendukung gaya hidup
masyarakat modern.
Lamanya
eksperimen selama 8 bulan dianggap sudah cukup untuk pengamatan. Namun Pavel
memilih melakukannya saat musim dingin untuk meningkatkan tantangan dalam
mempertahankan hidup di kondisi serba minim tersebut.
Pavel kemudian disediakan rumah pada lokasi hutan yang terpencil
dengan diberikan modal berupa peralatan yang sesuai pada abad 10. Pria berusia 24 tahun itu hanya mendapat
pasokan makanan dengan berburu, mengumpulkan bahan makanan, dan memancing.
Tak hanya
itu, Ia dilarang berkomunikasi kecuali saat Open Days yang diadakan sekali
dalam sebulan ketika menyerahkan laporan pada tim peneliti. Namun Pavel tetap
dibekali kamera dan buku tulis untuk menuliskan kesehariannya.
Kemudian hasil laporannya diposting ke blog sehingga publik bisa
melihat seperti apa kehidupannya yang tinggal di rumah kayu dingin dan gelap.
Ia mengenakan pakaian dan penghangat diri dari kulit hewan, menyembelih hewan
untuk dimakan, memasok kayu bakar dan minum susu kambing.
Walaupun percobaan tersebut sangat ketat, tetapi Pavel diperbolehkan
meminta bantuan pada saat gawat darurat, seperti kecelakaan serius dengan
disediakan terompet. Sedangkan Pavel juga mempersiapkan diri dengan serius dan
berlatih keras, karena ia sebelumnya merupakan warga perkotaan modern.
“Untuk orang jaman sekarang ini hidup yang tak nyaman tapi untuk
orang terlatih mungkin biasa saja,” tuturnya.
Ini Dia Jalan Paling Indah di Dunia
Saat menikmati keindahan tempat wisata tidak melulu harus dengan berkendara, beberapa tempat akan lebih menyenangkan dan indah jika dinikmati dengan cara berjalan kaki. Seperti salah satu lokasi yang terletak tepat di negara Brazil.
Sebuah jalan yang bernama ‘RuaGonçalo de Carvalho’ ini menawarkan pemandangan yang sangat indah, jalan ini sangat spesial dan dijuluki sebagai jalan paling indah di dunia. Jalan ini berada di daerah Porto Alegre, Rio Grande do Sul.
Jalan sepanjang 500 meter ini sangat asri karena diapit oleh pohon - pohon tipuana yang tinggi, pohon tersebut seperti membentuk kanopi besar menyerupai terowongan berwarna hijau.
Dilansir dari whenonearth, untuk mendapatkan gelar jalan paling indah di dunia tidak hanya dilihat dari keindahan visual saja, tetapi karena pohon – pohon asri ini ditanam dan dirawat dengan sepenuh hati oleh warga kota
Pohon-pohon tipuana ditanam mulai tahun 1930 oleh pekerja Jerman yang bekerja di dekat pabrik. Selama bertahun-tahun, pohon – pohon tersebut tumbuh dengan ketinggian yang luar biasa hingga mencapai lantai 7 sebuah bangunan.
Pada tahun 2005 lalu, sebuah pusat perbelanjaan baru direncanakan akan didiran dan mengancam pohon tersebut. Namun, akhirnya penduduk setempat bangkit dan berhasil menjalankan kampanye untuk pelestarian pohon – pohon dijalan. Pemerintah pun akhirnya turut melindungi jalan tersebut dan menyatakan bahwa jalan tersebut adalah warisan sejarah, budaya, dan alam kota.
Tertarik untuk berkunjung ke RuaGonçalo de Carvalho, Dreamers? ^^
Jumat, 24 Januari 2014
Panorama Bangunan Paling 'Gila' Yang Ada di Kota Braunschweig
Sebuah bangunan dengan tembok warna – warni berdiri di kota
Brunswick, Jerman. Bangunan ini telah menjadi daya tarik wisata karena
bentuknya yang terlihat lucu dan tidak biasa. Para pengunjung yang paling
penasaran untuk bisa melihat bangunan ini umumnya adalah anak muda.
Dilansir
dari laman Unusualplaces, bangunan yang dihiasi dengan gambar gaya
graffiti tiga dimensi ini disebut 'The Happy Rizzi House'. Bentuknya jauh dari
standar bangunan pada umumnya, namun bangunan ini terlihat ekologis dan tenang
karena banyak pohon yang ditanam serta tersedia lahan parkir untuk sepeda.
"The
Happy Rizzi House" diciptakan oleh seniman James Rizzi pada tahun
2001. Pria asal Amerika Serikat ini sudah berpengalaman dalam dunia arsitektur
dan grafis. James mengambil pendidikan seni di University of Florida,
ditempat itulah ia mempelajari teknik tiga dimensi dan memutuskan untuk menjadi
seniman jalanan New York.
Penduduk
lokal mengungkapkan bahwa ‘The Happy Rizzi House’ adalah bangunan paling 'gila'
yang pernah didirikan di Kota Brunswick. Awalnya, bangunan ini sangat di benci
sampai ingin dirobohkan, namun akhirnya secara perlahan dapat diterima dan
dikagumi.
Tertarik
untuk mengunjungi bangunan unik ini, Dreamers? ^^
Mongabay Travel: Air Terjun Batu Dinding, Keindahan Yang Tersembunyi Kabupaten Kampar
Hampir tiga jam, disuguhi deretan
perkebunan kelapa sawit, jejeran rumah-rumah penduduk, dan hilir mudik
kendaraan, Mongabay-Indonesia akhirnya
tiba di Desa Tanjung Belit, Kecamatan Kampar Kiri Hulu, Kabupaten Kampar, siang
itu dari Pekanbaru bertarikh 19 Januari 2014.
Pohon
kelapa gagah berdiri tegak di antara rumah-rumah warga. Rumput-rumput hijau
bertebaran di samping dan di halaman rumah warga atau di samping kiri-kana
jalan bersemen lebar dua meter.
Seekor
kerbau berwarna coklat memakan rumput tanpa peduli kendaraan roda dua hilir
mudik. Empat meter dari si kerbau, di balik pohon kelapa, rimbunan pohon bambu,
suara arus sungai Subayang terdengar. Dengan lebar sekira 25 meter, di kiri
kanan sungai Subayang berdiri tegak rimbunan pohon-pohon nan hijau.
Penanda lokasi objek
eko wisata batu dinding.
Saat
hendak menaiki perahu panjang terbuat dari kayu digerakkan mesin, warga sedang
mandi di sungai, tanpa mempedulikan kehadiran kami, mereka asyik mengguyur air
sungai Subayang.
Perahu
melaju, meliuk-liuk mengikuti alira sungai Subayang. Bukit-bukit tertutup
pohon-pohon hijau, terihat sepanjang perjalanan. Kian mendekat, hijaunya kian
terang.
Dua menit
berlalu, kami benar-benar dikelilingi pepohonan nan hijau berderet, berbaris di
atas bukit-bukit. Tak ada lagi rumah warga kelihatan. Sesekali perahu-perahu
hilir mudik melintas. Kala ombaknya terkena, perahu kami terasa oleng.
Perahu dari kayu melintasi hutan dan sungai
sebayang.
Perahu
melambat, menghindar bebatuan. Tak jauh dari bebatuan besar itu, perahu
berhenti di pinggiran, dekat batu besar berdiri tegak menyerupai dinding. Warga
menyebutnya: Batu Dinding. Tak ada papan nama.
Suara air
terjun terdengar, begitu mesin perahu dimatikan. Jalan tanah becek berwarna
kecoklatan. Deretan tulisan terbuat dari kayu beratap seng tertulis: Selamat
Datang di Areal Objek Wisata Batu Dinding. Papan nama itu dibuat oleh Kelompok
Kerja Batu Dinding.
Belum
sampai lima menit, menaiki bukit, perahu dan aliran sungai tak lagi kelihatan.
Hanya pepohonan mengelilingi perjalanan dan suara air terjun. Suara air terjun,
kian terdengar keras.
Hampir
dua puluh menit, sekitar 1.143 langkah kecil berjalan menaiki dan menuruni
bukit, tersembunyi dan dikelilingi pepohonan nan hijau.
Hutan di sekitar
Sungai Subayang.
Derasnya gumpalan air turun dari
dinding berbatu menghantam genangan air di bawahnya, dan airnya mengalir turun
ke bawah sambil menghantam bebatuan keras, berbunyi di tengah belantara hutan.
Satu jam
menikmati air terjun sambil bersantap nasi bungkus, bebatuan, aliran air, dan
orang-orang yang berenang dan tentu saja: hijaunya pepohonan mengelilingi air
terjun.
Satu
pemandangan mengusik mata, di samping pondokan itu: sampah plastik bekas
makanan minuman berserakan di samping tempat sampat terbuat dari drum. Meski
ada papan bertuliskan buanglah sampah pada tempatnya!
Kelompok
Kerja Batu Dinding bersama rombongan WWF Riau memungut sampah, memasukkan dalam
kantong goni. Sejenak, air terjun batu dinding bersih dari sampah.
Membersihkan
sampah, salah satu kegiatan Kelompok Kerja Batu Dinding bentukan dari
masyarakat Desa Tanjung Belit. “Selain memungut sampah, membuat trek jalan agar
bisa dilalui pengunjung, membuat plang nama sebagai petunjuk dan pondokan untuk
pengunjung beristirahat,” kata Mahwel, 20 tahun, Ketua Kelompok Kerja Batu
Dinding, asli dari Desa Batu Dinding.
Sisi lain pemandangan
air terjun batu dinding.
Ekowisata
Air Terjun Batu Dinding, sepenuhnya dikelola oleh masyarakat Desa Tanjung Belit.
Menurut
Mahwel, setiap minggu, hampir dua juta rupiah pemasukan untuk Tanjung Belit.
“Belum lagi, kalau hari-hari tanggal merah dan libur panjang. Lumayan
ramailah,” katanya.
Melihat
pengunjung kian ramai dan objek wisata batu dinding terjaga, masyarakat Desa
Batu Dinding melalui pemerintah desa membentuk Peraturan Desa pada November
2013. “Isinya dilarang menebang pohon, merusak fasilitas dan berbuat maksiat
saat berada di objek wisata dan hutan ini tak boleh dimiliki oleh seseorang,”
kata Zulfihas sekretaris Desa Tanjung Belit. ”Perdesa ini juga membantu kas
desa.”
Salah
satunya mereka tak boleh merusak hutan, karena adat mereka meralang. Desa
Tanjung Belit bagian dari wilayah adat kekalifahan Kuntu, yaitu kalifah ujung
bukit.
Sebelum
ramai pengunjung dan kelompok kerja terbentuk, awalnya Mahwel mengajak pemuda
di kampungnya sekitar 15 orang terdiri atas perempuan dan lelaki. Mereka
membuat jembatan manual agar bisa dilalui pengunjung dan memungut sampah.
“Tujuan
saya mengembangkan eko wisata tanpa merusak alam,” kata Mahwel, saat mengajak
kawan-kawannya, ia merogoh kocek sendiri untuk merawat alam. Agar terorganisir,
terbentuklah Kelompok Kerja Batu Dinding pada 21 Februari 2013. Tugas mereka,
menjaga dan merawat alam untuk ekowisata.”Harapan terbesar saya, ekowisata ini
dikenal oleh dunia.”
Esoknya,kami
kembali ke Pekanbaru meninggalkan Sungai Subayang, hutan alam bukit rimbang
baling dan air terjun batu dinding nan di tengah hutan, sambil mengenang, warga
menyebutnya sambal kacau, ikan
ditumbuk lantas dicampur dengan cabe hijau dan bumbu lainnya lantas dikacau.
Langganan:
Postingan (Atom)