Habib Abdurrahman bin Abdullah
Alhabsyi -
Cikini (ayah Al-Habib Ali bin Abdurrahman Alhabsyi - Kwitang)
"Habib Cikini" (Habib Abdurrahman bin Abdullah Al Habsyi) lahir dari
keluarga Al Habsyi pada cabang keluarga Al Hadi bin Ahmad Shahib Syi'ib. Ia
generasi pertama dari garis keturunan keluarga yang terlahir di Nusantara atau
generasi kedua yang telah menetap di negeri ini. Nasab lengkapnya adalah Habib
Abdurrahman bin Abdullah bin Muhammad bin Husein bin Abdurrahman bin Husein bin
Abdurrahman bin Hadi bin Ahmad Shahib Syi'ib bin Muhammad Al Ashghar bin Alwi
bin Abubakar Al Habsyi. Sebuah sumber tulisan menyebutkan bahwa kakeknya yang
bernama Habib Muhammad bin Husein Alhabsyi adalah yang pertama kali datang dari
Hadhramaut dan menetap di Pontianak dan kemudian menikah dengan seorang putri
dari keluarga Kesultanan Pontianak. Itu artinya, Habib Cikini adalah generasi
kedua yang terlahir di Nusantara atau generasi ketiga yang menetap disini.
Tulisan lainnya menyebutkan bahwa Habib Muhammad,kakeknya, ikut mendirikan
Kesultanan Hasyimiyah Pontianak bersama keluarga Al Qadri. Dalam catatan pada
kitab rujukan "Nasab Alawiyyin" susunan Habib Ali bin Ja'far Assegaf
ditulsikan, berdasarkan keterangan Habib Ali Kwitang yang mendapat informasi
dari Habib Alwi (tinggal di Surabaya, sepupu dua kali Habib Ali Kwitang) bin
Abdul Qadir bin Ali bin Muhammad bin Husein Al Habsyi, disebutkan, Habib
Muhammad bin Husein wafat di Tarbeh, Hadhramaut. Kitab Habib Ali bin Ja'far
juga menuliskan dengan jelas bahwa Habib Abdullah (Ayah Habib Cikini) adalah
seorang kelahiran Hadhramut, tepatnya di Tarbeh. Berdasarkan berbagai
keterangan diatas, jelaslah "Habib Cikini" adalah generasi pertama
dari garis keturunan keluarganya yang dilahirkan di Nusantara. Silsilah Habib
Abdurrahman bin Abdullah Alhabsyi (Cikini) : AL HABIB ABDURRAHMAN bin ABDULLAH
bin MUHAMMAD bin HUSEIN bin ABDURRAHMAN bin HUSEIN bin ABDURRAHMAN bin HADI bin
AHMAD ALHABSYI bin ALI bin AHMAD bin MUHAMMAD ASSADULLAH bin HASAN AT-TURABI
bin ALI bin MUHAMMAD AL-FAQIH AL-MUQADDAM bin ALI bin MUHAMMAD SHAHIB MIRBATH
bin ALI KHALA QASAM bin ALWI bin MUHAMMAD bin ALWI bin UBAIDILLAH bin AHMAD
AL-MUHAJIR bin ISA bin MUHAMMAD AN-NAQIB bin ALI AL-URAIDHI bin JA'FAR
ASH-SHODIQ bin MUHAMMAD AL-BAQIR bin ALI ZAINAL ABIDIN bin HUSEIN bin ALI BIN
ABI THALIB suami FATIMAH AZ-ZAHRA binti RASULULLAH SAW. Habib Cikini
"Putra Semarang" Selain pernah menetap di Pontianak, Habib Abdullah
bin Muhammad Al Habsyi, (ayah Habib Cikini) yang semasa hidupnya memiliki
aktivitas berdagang antar pulau, juga pernah menetap di Semarang. Namun dari
sebuah tulisan menyatakan bahwa ia menikah pertama kali di Semarang. Sebuah
naskah juga menyebutkan, Ibu "Habib Cikini" adalah seorang syarifah
dari keluarga Assegaf di Semarang. Dan memang, "Habib Cikini" sendiri
diketahui sebagai putra kelahiran Semarang. Ini berkaitan dengan catatan
lainnya yang menyebutkan, "Ia wafat di Laut Kayong (daerah Sukadana,
Kalimantan) pada 1249 H, atau bertepatan dengan tahun 1833 M". Keterangan
yang disebutkan terakhir tampaknya lebih mendekati kebenaran, sebab wilayah
Sukadana berseberangan langsung dengan kota Semarang di Pulau Jawa, dan Kota
Semarang merupakan kota kelahiran "Habib Cikini". Hal ini juga
selaras dengan keterangan bahwa Habib Abdullah wafat saat berlayar dari Pontianak
ke Semarang. Pada Catatan itu juga disebutkan, ia wafat saat berperang dengan
"lanun", sebutan orang Pontianak terhadap para perompak laut. Bersama
Habib Syech dan Raden Saleh. Diantara sejarah kehidupan "Habib
Cikini" yang didapat dari sejumlah sumber adalah bahwa ia sahabat karib
Habib Syech bin Ahmad Bafaqih (Botoputih-Surabaya). Hal tersebut diantaranya
dicatat dalam catatan kaki Ustadz Dhiya' Shahab dalam bukunya "Syams azh
Zhahirah". Begitu pula menurut penulis Belanda bernama L.W.C Van Den Berg
dalam buku "Le Hadhramout Et Les Colonies Arabes" yang menyebutkan
bahwa Habib Syech pernah menetap di Batavia selama kurang lebih 10 tahun.
Selama menetap di Batavia itulah tampaknya persahabatan di antara Habib Syech
dengan Raden Saleh terjalin erat. Dikisahkan, setelah lama tak mendapatkan
putra, istri Habib Abdurrahman, Nyai Salmah, seorang wanita asli Betawi yang
tinggal di Mester Cornelis (sekarang Jatinegara), suatu malam bermimpi. Dalam
mimpi tersebut, Nyai Salmah menggali sumur.Tiba-tiba dari dalam sumur itu
keluarlah air yang melimpah ke sekelilingnya. Mimpi itu kemudian disampaikannya
kepada suaminya.Habib Abdurrahman, dan beliau segera menemui Habib Syech untuk
menanyakan perihal mimpi tersebut. Habib Syech menjelaskan bahwa mimpi itu
merupakan isyarat bahwa pasangan Habib Abdurrahman dan Nyai Salmah akan
mendapatkan seorang putra yang shalih dan ilmunya melimpah ruah penuh
keberkahannya. Tidak seberapa lama, Nyai Salmah pun mengandung. Pada hari Ahad
20 Jumadil Ula 1286 H atau bertepatan dengan 20 April 1870 M, terlahirlah
seorang putra yang kemudian ia beri nama "Ali". Semua orang
menyaksikan kebenaran ucapan Habib Syech. Habib Ali bin Abdurrahman Al Habsyi
yang terlahir dari pasangan shalih dan shalihah itu, dikemudian hari menjadi
seorang shalih dan ulama yang banyak menebar manfaat dan kemaslahatan bagi umat
di masa hidupnya, bahkan setelah wafatnya. Di samping Habib Ali, "Habib
Cikini" juga mempunyai putra lainnya yang bernama, Habib Abdul Qadir.
Lewat putranya inilah "Habib Cikini" menjalin pertalian kekeluargaan
dengan "Habib Utsman bin Yahya" (Mufti Betawi), melalui pernikahan
Habib Abdul Qadir dengan salah seorang putri Mufti Betawi ini. Dari kedua
putranya itu, hanya dari Habib Ali nasab keturunannya berlanjut, karena Habib
Abdul Qadir hanya memiliki tiga orang anak perempuan tanpa anak lelaki sama
sekali. Anak lelaki pertama Habib Ali adalah Habib Abdurrahman, dan yang bungsu
bernama Habib Muhammad. Sementara diantara dua anak lelaki itu, lahirlah lima
anaknya yang perempuan yang masing-masing bernama : Syarifah Rogayah, Syarifah
Khodijah, Syarifah Mahani, Syarifah Zahra dan Syarifah Sa'diyah yang juga
mengikuti jejak ayahnya untuk menggelar Majlis Ta'lim "Assa'diyah"
untuk kaum perempuan di Kwitang. Setelah Syarifah Sa'diyah wafat saat
menunaikan ibadah haji dan dimakamkan di di tanah suci, pengelolaan majlis
ta'limnya dilanjutkan oleh Syarifah Salma binti Abdurrahman Al Habsyi, cucu
perempuan Habib Ali Kwitang, anak dari Habib Abdurrahman. Tahun 1296 H
bertepatan dengan 1879 M, Habib Cikini wafat. Saat itu, Habib Ali masih amat
belia, belum mencapai usia 11 tahun. Sebelum wafat, beliau sempat berwasiat
kepada istrinya, agar Habib Ali disekolahkan ke Hadhramaut dan Makkah. Wasiat
tersebut betul-betul dilaksanakan isterinya dengan sepenuh hati dan keyakinan
akan adanya kebaikan di balik itu semua. Karena "Habib Cikini" tidak
meninggalkan warisan yang memadai,maka demi mewujudkan pesan almarhum suaminya,
Nyai Salmah, yang bukan tergolong orang berada, kemudian menjual gelang yang
dimilikinya, untuk biaya perjalanan Habib Ali ke Hadhramaut. Sementara itu,
Habib Syech Bafaqih sahabat karib Habib Abdurrahman, wafat pada 1883 H.Beliau
dimakamkan di Botoputih - Surabaya, yang hingga saat ini terus didatangi para
peziarah dari berbagai daerah. Selain dengan Habib Syech, "Habib
Cikini" juga bersahabat akrab dengan kakak iparnya, yaitu Raden Saleh.
Seorang pelukis termasyhur yang nama lengkapnya adalah Sayyid Syarief Boestomi
Raden Saleh bin Husein bin Yahya. Sebetulnya kedekatannya dengan pelukis tersebut
bukanlah hal yang aneh. Disamping sama-sama kelahiran Semarang, sebelum hijrah
ke Batavia, Habib Cikini sempat menikah dengan Syarifah Rogayah binti Husein
bin Yahya, adik Raden Saleh (Habib Saleh bin Husein bin Yahya). Pelukis yang
lama menetap di Eropah ini, dilahirkan pada 23 April 1811 M dan wafat pada
tahun 1880 H, setahun setelah wafatnya "Habib Cikini". Beliau
dimakamkan di daerah Desa Bondongan, Bogor, Jawa Barat. Mengawal Aqidah Ummat
Sebagaimana disebutkan, Habib Cikini menjalin hubungan kekeluargaan dengan
Raden Saleh dengan menjadi iparnya. Namun dari pernikahannya dengan Syarifah
Rogayah bin Yahya, yang adik perempuan Raden Saleh, beliau tak beroleh
keturunan sama sekali. Di tanah pekarangan rumah Raden Saleh yang berada
didaerah Cikini inilah jasad mulia Habib Abdurrahman bin Abdullah Al Habsyi
dikebumikan. Diantara murid-murid beliau adalah : Habib Ahmad bin Alwi Al
Haddad (Habib Kuncung – Kalibata – Jakarta), dan masih banyak lagi yg lainnya.
AL-Habib Abdurrahman bin Abdullah Al Habsyi |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar